Hindari sikap obsesif serta otoriter pada anak.
Stres tidak hanya menimpa orang dewasa, namun anak-anak usia bawah lima tahun (Balita) dapat mengalaminya, bahkan 4 dari 5 anak terindikasi mengalami stres.
Akibat begitu banyak perubahan yang terjadi dari berbagai aspek kehidupan yang begitu cepat di era globalisasi dengan teknologi serba canggih saat ini, sehingga menyebabkan para orang tua dan anak dituntut mampu mengikuti semua perubahan tersebut.
Sebagai orang tua tentu ingin agar anaknya menjadi orang yang berhasil di masa depan dan mampu menjawab tantangan jaman. Alih-alih bermaksud membangun karakter anak, orangtua justru semakin obsesif dan pada akhirnya justru membuat anak tersebut mengalami stres.
“Anak-anak yang stres ini terlihat secara fisik, emosi, psikologis juga sosial. Tanda-tandanya antara lain adalah rewel, mudah tersinggung, pemarah, kehilangan minat, percaya diri luntur, menunjukkan sikap gelisah,uring-uringan, bahkan ada yang menarik diri dari pertemanan,” ujar Direktur Personal Growth Dra. Ratih Ibrahim MM.Psikolog.
Pola asuh orangtua (parenting style) yang kurang tepat menjadi salah satu penyebab anak mengalami stres. Dimana orangtua bersikap otoriter, kurang demokratis, atau memaksa anak agar memenuhi tuntutan orangtua bahkan hingga menganiaya anaknya.
Faktor lain yang juga menyebabkan stres adalah tekanan sosial dan lingkungan (social pressure), termasuk cara stimulasi orangtua yang keliru yaitu jangan menetapkan target yang tidak dapat dicapai oleh anak. Dalam hal ini sebagai orangtua yang baik harus dapat mengenal betul daya serap anaknya, jangan sampai membuat anak stres karena ketidaktahuan orangtua.
Guna menghindari stres pada anak agar menjadi generasi tangguh, diperlukan engagementdalam keluarga. Karena peran keluarga sangat penting untuk menciptakan generasi yang sehat dan kuat.
Sebagai manusia yang belum berpengalaman dengan kapasitas otak yang belum optimal, seorang anak tidak memiliki kemampuan untuk mencari solusi dari stres yang dideritanya. Maka peran orangtua untuk dapat mengatasi kesulitannya sangat diperlukan agar stres yang dialaminya tidak berkepanjangan.
Selain itu asupan gizi yang seimbang agar anak tumbuh sehat maka kemampuan berpikir juga akan lebih baik. Karena anak mudah menyerap apa yang diajarkan, lebih lincah, suasana hati baik sehingga lebih tangguh, maka dapat dijauhkan dari stres.
Oleh karenanya guna meminimalkan tekanan pada anak, orangtua sebaiknya lebih memahami buah hatinya, tidak menuntut anak untuk sama dengan teman-temannya. Memberikan pengertian serta meyakinkan anak, bahwa dia juga mempunyai kelebihan di bidang lain. Sebagai coontoh jika seorang anak tidak jago matematika, namun pintar main piano., maka hal semacam inilah yang harus diangkat agar kepercayaan diri sang anak muncul.
Di bawah ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orangtua agar anak tidak stres:
1. Perbaiki pola asuh orangtua.
2. Beri keleluasan kepada anak dalam menentukkan sesuatu.
3. Buatlah komunikasi dua arah yang terbuka antara orangtua dan anak.
4. Tidak perlu menuntut yang berlebihan kepada anak.
5. Mulailah menciptakan sebuah keluarga yang harmonis dan nyaman bagi anak untuk bertumbuh kembang.
6. Ajarkan anak menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh.
7. Berikan asupan gizi yang seimbang serta istirahat yang cukup bagi anak.
1. Perbaiki pola asuh orangtua.
2. Beri keleluasan kepada anak dalam menentukkan sesuatu.
3. Buatlah komunikasi dua arah yang terbuka antara orangtua dan anak.
4. Tidak perlu menuntut yang berlebihan kepada anak.
5. Mulailah menciptakan sebuah keluarga yang harmonis dan nyaman bagi anak untuk bertumbuh kembang.
6. Ajarkan anak menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh.
7. Berikan asupan gizi yang seimbang serta istirahat yang cukup bagi anak.
Dengan perhatian dan kasih sayang dari orangtua tertutama yang dibutuhkan anak tentu dapat membantu anak terhindar dari stres. Maka, terus dukung, latih dan asuh anak-anak agar dapat menikmati hari-harinya dengan ceria. cara cegah stres pada anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
makasih